Liburan Tak Harus JalanJalan SD Negeri 1 Robayan
tidak jauh dari rumahku, sekitar 300 m dari kediamanku. Setiap pagi aku diantar tanteku ke sekolah. Sehari-hari aku tinggal dengan tante yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku sendiri. Ibuku meninggal sejak aku dilahirkan. Ayahku meninggalkanku semenjak aku berumur dua tahun. Sampai sekarang aku tidak tahu di mana dan bagaimana keadaannya. Sejak berumur dua tahun, aku sulit berjalan. Aku belum mengetahui apa yang menyebabkan keadaanku seperti ini. Sampai usiaku sebelas tahun ini pun aku masih kesulitan berjalan. Aku mampu berjalan jika dituntun orang lain, berpegangan dengan dinding atau meja yang ada di sekelilingku.
yang berkebutuhan khusus sepertiku. Karena keterbatasan biaya dan lokasi SLB yang jauh dari tempat tinggalku, aku pun disekolahkan di sekolah dasar yang dekat dengan rumahku. Awalnya aku merasa minder dan takut karena melihat keadaanku seperti ini. Namun, setelah aku bergaul dengan mereka, aku pun semakin percaya diri karena teman-temanku banyak yang memahami keadaanku dan bersimpati terhadapku. Mereka sering membantuku, tidak hanya membantu menuntunku berjalan, tetapi lebih dari itu. Mereka mengajakku bermain, belajar bersama, menawarkan makanan, dan masih banyak lagi kebaikan mereka yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu.
biasanya aku bermain dengan teman-temanku sebelum bel masuk berbunyi. “Ayo Fi’i, kita bermain catur!” ajak Sirril kepadaku. Sirril merupakan salah satu sahabat baikku. “Oke, siap!” jawabku. Dengan sigap Sirril membawa papan catur ke hadapanku. Kami bermain catur sampai salah satu di antara kami terkena skak mat. Beberapa teman terlihat menyaksikan permainan catur kami. Beberapa di antaranya bermain dakon dan bekel di sudut kelas. Begitulah suasana kelas kami ketika jam istirahat.
bergegas membereskan mainan, kemudian menuju ke tempat duduk masing-masing. “Selamat siang, Anak-anak!” suara Bu Yuni mengheningkan suasana. “Selamat siang, Bu!” sahut anak-anak serentak. “Anak-anak, sebelum Bu Yuni menyampaikan pelajaran, Ibu punya kabar gembira untuk kalian,” ucap bu Yuni.
“Sebentar lagi kita akan liburan lo!” ujar Bu Yuni. “ Hore…,” serentak kata itu terlontar dari mulut kami. “Bu Yuni akan memberi tugas semasa liburan untuk kalian,” imbuh Bu Yuni. “Apa itu Bu?’ sahut Sirril.
kegiatan kalian selama liburan, boleh kegiatan wisata atau yang lainnya!” jelas Bu Yuni. “Siap, Bu!” jawab murid-murid serentak. “Libur telah tiba, libur telah tiba, hore…hore…hore….”Nyanyian itu menjadi lagu wajib bagiku dan teman-teman semenjak Bu Yuni menyampaikan kabar liburan itu.
biasa, mendengar kabar liburan pastinya hatiku senang sekali. Hatiku senang bercampur sedih. Dalam hati kecilku aku berontak, kenapa aku dilahirkan dengan keadaan seperti ini? Di masa liburanku, aku tidak bisa merasakan nikmatnya berwisata ke tempat-tempat yang menarik seperti yang dialami oleh teman-temanku. Pastinya sangat merepotkan orang yang berwisata denganku. Ditambah lagi karena latar belakang keluargaku yang kurang mampu. Untuk biaya makan pun susah apalagi untuk kegiatan semacam itu, sangat mustahil dilakukan oleh keluargaku. Aku pun sangsi tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan guruku. Kegiatan apa yang akan aku tulis nanti? Aku tidak punya kegiatan di luar rumah. Aku tidak bisa berwisata.
berlibur ke tempat wisata yang berbedabeda. Sirril berlibur ke pantai dengan keluarganya. Taba berwisata ke wahana permainan. Reza menikmati segarnya udara di pegunungan. Sedangkan aku hanya berlibur di rumah. Aku sadar dengan segalaketerbatasan yang aku miliki. Aku maklum dengan keadaan ekonomi keluargaku. Akan tetapi aku tidak akan terlarut dalam kekecewaan yang berkepanjangan. Meskipun aku hanya bisa berlibur di rumah, banyak kegiatan positif yang bisa aku lakukan. Aku membantu membuat karya anyaman rotan dari tanteku.
Fleepit Digital © 2021