Penulis: Harris Hermansyah Setiajid Kulit muka: ChatGPT Perwajahan isi: Keisya V. Frontina Cetakan pertama, Juni 2025 iv + 56 hal, 15 x 21 cm ISBN 978-623-99711-8-2 Penerbit Jogja Literary Translation Club Griya Purwa Asri B-360, Purwomartani, Kalasan, Sleman 55571 Surel: jltc.idn@gmail.com www.jltc.live ii
Halaman Judul .............................................................................. i Halaman Spesifikasi ..................................................................... ii Daftar Isi ..................................................................................... iii Pengantar ..................................................................................... iv Bagian I Yang Tertinggal .......................................................... 1 Bagian II Yang Menunggu ...................................................... 19 Bagian III Yang Melepaskan .................................................. 37 Epilog ....................................................................................... 55 iii
Ada kisah-kisah yang tidak ditulis untuk dikenang, tetapi untuk dilepaskan. Ada nama-nama yang tidak disebut bukan karena dilupakan, melainkan karena masih terlalu dalam untuk dibicarakan. Buku ini bukan kumpulan cerita. Ia lebih seperti serpihan— serpihan dari ruang-ruang sunyi di mana seseorang pernah mencintai, menunggu, dan akhirnya melepaskan tanpa suara. Setiap gambar, setiap kalimat, adalah cuplikan dari perasaan yang tidak selesai tetapi juga tidak ingin dipaksakan selesai. "Perempuan dalam Senyap" bukan tentang siapa, tetapi tentang bagaimana. Bagaimana seseorang hidup setelah tidak lagi ditunggu. Bagaimana seseorang duduk dalam diam bukan karena pasrah, tetapi karena telah memaafkan dunia yang tak pernah menjelaskan. Bagaimana tubuh bisa menjadi rumah terakhir dari kenangan yang tidak kembali. Aku tidak akan mengatakan bahwa kisah ini indah. Tetapi jika kamu pernah mencintai seseorang yang tak bisa kamu miliki, pernah merindukan seseorang yang tak lagi bisa kamu tunggu, atau pernah memilih diam sebagai satusatunya bentuk keberanian— maka buku ini mungkin akan terasa seperti kamu sendiri yang menulisnya. Buka halaman pertamanya. Dan biarkan Viona—atau mungkin, bagian darimu—berbicara lewat senyap yang tak pernah benar-benar sunyi. iv
kita hanya berjalan lebih jauh dari mimpi yang tak selesai. Dan pagi hari… adalah upaya kecil untuk terlihat baik-baik saja di hadapan piring-piring kosong. 3
“Ini bukan kisah patah hati. Ini kisah seseorang yang belajar menunggu dirinya sendiri pulang.”
Fleepit Digital © 2021